Kategori
All-id Hiv-id

HIV dan Remaja

Human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, dapat menyerang siapa saja. Termasuk bayi, anak-anak, dan remaja.
Sejak HIV pertama kali menjadi epidemi pada tahun 1980-an, telah terjadi kemajuan besar dalam pengobatan dan tingkat kelangsungan hidup. Namun, infeksi HIV yang tidak diobati dapat berkembang menjadi AIDS, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit parah dan kematian.

Secara global tercatat bahwa setiap minggu sebanyak 6.000 remaja usia 15-24 tahun tercatat terinfeksi HIV. Hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dan remaja masih sering disangkal. Di dunia jumlah orang hidup dengan HIV tercatat sebanyak 37,9 juta kasus. Pada Tahun 2018 terdapat 1,7 juta orang yang baru terkena infeksi HIV. Kematian terkait kejadian AIDS pada Tahun 2018 yaitu sebanyak 770.000 orang (UNAIDS,2019).

Faktor-faktor yang sangat terkait dengan kondisi saat ini menyebabkan perilaku beresiko remaja. Banyak dari remaja yang bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun waktu yang lebih panjang. Menurut Asshela, Prastiwi dan Putri (2017) dalam penelitian yang telah dilakukannya menyatakan bahwa perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS disebabkan karena pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan pencegahan penularan HIV/AIDS maupun sikap pencegahan penularan HIV/AIDS. Selain itu keterpaparan media massa sebagai sumber informasi ada hubungannya dengan pengetahuan remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS, namun tidak berhubungan secara signifikan dengan sikap remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS (Munthe, 2018).
Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Ketika mulai memasuki periode ini remaja banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial.

HIV adalah infeksi yang berlangsung seumur hidup. Namun, gejalanya mungkin tidak muncul selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah terinfeksi virus. Faktanya, waktu rata-rata sejak terinfeksi virus hingga timbulnya tanda-tanda AIDS pada remaja dan orang dewasa adalah 10 hingga 11 tahun. Ini berarti bahwa remaja dan dewasa muda mungkin tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan dapat menyebarkan HIV ke orang lain.

Semua remaja berusia 13 tahun ke atas yang telah berhubungan seksual secara aktif dianjurkan untuk menjalani setidaknya satu kali pemeriksaan HIV rutin. Setelah pemeriksaan pertama, remaja yang aktif secara seksual harus menjalani pemeriksaan HIV setidaknya setahun sekali. Jika mereka berisiko tinggi, mereka mungkin perlu menjalani tes setiap 3 hingga 6 bulan dan bisa mendapatkan konseling risiko dari dokter anak mereka.

Remaja yang berisiko tinggi terkena HIV dapat diberi resep obat untuk mencegah HIV yang disebut PrEP. PrEP dapat berupa pil yang diminum sekali sehari. Mereka yang berisiko tinggi termasuk laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki; orang yang menyuntikkan narkoba, remaja transgender; remaja dari kedua jenis kelamin yang memiliki pasangan seksual dengan HIV atau yang menyuntikkan narkoba; remaja yang menukar seks dengan narkoba atau uang; atau remaja yang telah didiagnosis atau meminta tes untuk IMS lainnya.

Sumber:

Tinggalkan Balasan