Kategori
All-id Hepatitis-B-id Hepatitis-id HepC-id Hiv-id

Profilaksis Pra Pajanan HIV dan kaitannya dengan Hepatitis B dan C

Oleh: Caroline Thomas, Peduli Hati Bangsa, 3 Maret 2023


Apa yang dimaksud pencegahan HIV dengan Profilaksis Pra Pajanan?

Profilaksis memiliki definisi pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.

Jadi profilaksis prapajanan berarti penggunaan obat untuk mencegah infeksi sebelum melakukan kegiatan yang berisiko.

Dalam bahasa Inggris, istilah Profilaksis Pra Pajanan ini dikenal sebagai Pre-Exposure Prophylaxis atau yang disingkat PrEP. PrEP adalah pilihan pencegahan HIV yang digunakan oleh orang yang HIV-negatif untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV.

Sampai saat ini penelitian baru terbatas pada menilai kemanjuran profilaksis pra pajanan melalui hubungan seksual antara sesama laki-laki atau antara laki-laki dan perempuan. Data untuk kelompok lain seperti pengguna napza dan transgender yang menggunakan hormon estradiol masih terbatas.

Penjelasan selanjutnya dibawah hanya terbatas pada penggunaan PrEP pada risiko pajanan hubungan seksual antara sesama laki-laki atau antara laki-laki dan perempuan.

Bagaimana PrEP digunakan?

Sejak September 2015, WHO merekomendasikan PrEP yang mengandung Tenofovir untuk ditawarkan sebagai tambahan pilihan pencegahan untuk orang yang memiliki risiko terhadap infeksi HIV. Dua pilihan kombinasi PrEP yang disarankan oleh WHO adalah:

  • Tenofovir dengan Emtricitabine (FTC); atau
  • Tenofovir dengan Lamivudine (3TC).

Kedua pilihan kombinasi ini digunakan dengan cara diminum. Tidak ada aturan makanan dalam menggunakan obat kombinasi PrEP tersebut. Tidak ada aturan makanan berarti obat kombinasi PrEP dapat digunakan setelah atau sebelum makan atau dengan perut kosong.

Pada 2022 WHO juga menyarankan untuk menawarkan Cabotegravir yang disuntikkan yang mampu bertahan lama dalam darah (juga dikenal dengan long acting Cabotagravir/CAB-LA) sebagai tambahan pilihan pencegahan untuk orang yang memiliki risiko terhadap infeksi HIV. Saat ini CAB-LA belum tersedia di Indonesia.

Ada dua keadaan untuk pencegahan HIV menggunakan PrEP, yaitu:

  1. Ketika akan melakukan kegiatan berisiko yang hanya terjadi sekali waktu
  2. Ketika ada potensi pajanan setiap hari

Menurut WHO, dari 2 keadaan tersebut, berikut adalah pilihan cara untuk memulai dan menghentikan PrEP:

  1. Individu yang melakukan kegiatan berisiko yang hanya terjadi sekali waktu dapat memulai PrEP dengan menggunakan 2 dosis dari salah satu kombinasi PrEP mulai dari 2 sampai 24 jam sebelum potensi pajanan. Selanjutnya obat digunakan sekali sehari sampai dua hari setelah pajanan seksual terakhir.
  2. Individu dengan potensi pajanan setiap hari dapat menggunakan PrEP dengan dosis 1 kali sehari selama 7 hari sebelum potensi pajanan. Selanjutnya PrEP digunakan sekali sehari sampai tujuh hari setelah pajanan seksual terakhir.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan PrEP
  • Studi PrEP baru terbatas pada penilaian kemanjuran PrEP pada kegiatan seksual yang berisiko tinggi untuk infeksi HIV.
  • Data untuk kelompok risiko lain seperti pengguna napza dan transgender yang menggunakan hormon estradiol masih terbatas.
  • PrEP harus menjadi bagian dari program pencegahan HIV secara keseluruhan termasuk kondom dan konseling
  • Sebelum menggunakan PrEP, seseorang harus dites HIV untuk memastikan bahwa ia tidak terinfeksi HIV
  • Semua pengguna PrEP harus dites HIV secara berkala
  • Sebelum menggunakan PrEP, seseorang sebaiknya diperiksa untuk kerusakan ginjal, hepatitis B, hepatitis C, dan infeksi menular seksual lainnya
Hubungan PrEP, Hepatitis B dan Hepatitis C
  • Individu yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV juga memiliki risiko terhadap Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)
  • Layanan PrEP memberikan kesempatan yang penting untuk skrining terhadap Hepatitis B dan C yang memungkinkan seseorang untuk menerima pengobatan yang sesuai
  • Disarankan untuk melakukan tes antigen permukaan HBV (HBsAg) pada awal PrEP atau dalam satu sampai tiga bulan setelah inisiasi PrEP, terutama di daerah yang endemik
  • Disarankan untuk melakukan tes antibodi HCV pada awal PrEP atau dalam satu sampai tiga bulan setelah inisiasi PrEP. Selanjutnya dianjurkan untuk melakukan tes antibodi HCV setiap 12 bulan sekali untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi HCV
  • PrEP dapat ditawarkan pada orang dengan HBV maupun HCV
  • Walaupun disarankan, namun tes antigen permukaan HBV (HBsAg) dan tes antibodi HCV yang tidak dapat dilakukan karena alasan tertentu tidak boleh menjadi penghalang untuk inisiasi PrEP
Rekomendasi setelah menerima hasil tes HBV
  • Jika hasil tes antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg) non reaktif: WHO merekomendasikan vaksinasi HBV untuk orang yang berisiko terinfeksi HBV
  • Jika hasil tes (HBsAg) reaktif: Penilaian lebih lanjut untuk kelayakan pengobatan:
    • Kriteria kelayakan terapi HBV jangka panjang berdasarkan rekomendasi WHO adalah orang dengan HBsAg positif atau reaktif dan memiliki bukti sirosis kompensasi atau dekompensasi; dan orang yang berusia di atas 30 tahun dengan tingkat ALT secara persisten di atas nilai normal dan bukti dari replikasi HBV yang cepat (HBeAg positif).
    • Kriteria kelayakan terapi HBV jangka panjang berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana (PNPK) Hepatitis B Indonesia adalah pasien Hepatitis B kronik dengan HBeAg positif adalah pada pasien dengan DNA HBV > 2 x 104IU/mL dan ALT > 2x batas atas normal; atau pada pasien dengan HBeAg negatif, terapi dimulai pada pasien dengan DNA VHB > 2 x 103 IU/mL dan ALT > 2x batas atas normal.
    • WHO dan PNPK Hepatitis B Indonesia merekomendasikan Tenofovir atau Entecavir untuk menekan HBV.
    • PrEP dengan menggunakan Tenofovir juga aktif melawan HBV. Oleh karena itu, untuk orang yang membutuhkan pengobatan HBV dan ingin menggunakan PrEP untuk pencegahan HIV, PrEP berbasis Tenofovir harus dipertimbangkan, karena dapat menekan HBV dan mencegah HIV.
    • Pada sebagian besar kasus, Tenofovir akan digunakan sebagai terapi seumur hidup.
    • Dokter yang menangani PrEP dan dokter yang menangani HBV harus bersama-sama mengelola kasus ini.
Rekomendasi setelah menerima hasil tes HCV
  • Jika hasil tes antibodi HCV non reaktif: Disarankan untuk melakukan tes antibodi HCV pada awal PrEP atau dalam satu sampai tiga bulan setelah inisiasi PrEP. Selanjutnya dianjurkan untuk melakukan tes antibodi HCV setiap 12 bulan sekali untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi HCV
  • Jika hasil tes antibodi HCV reaktif: Disarankan untuk melakukan tes viral load HCV dan jika hasilnya terdeteksi, disarankan untuk melanjutkan ke pengobatan sesuai dengan pedoman yang berlaku.


Artikel ini diadaptasi dan disederhanakan dari:

  1. Differentiated and simplified pre-exposure prophylaxis for HIV prevention. Update to WHO implementation guideline. WHO. 2022.
  2. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hepatitis B. 2019