Kategori
All-id Hepatitis-id Hiv-id Kegiatan News-id

Diskusi Komunitas Mengenai Akses Layanan Hepatitis dan koinfeksi

18 September 2021

Pada tanggal 18 September 2021, telah diadakan diskusi antara Yayasan Peduli Hati Bangsa bersama komunitas layanan masyarakat lainnya melalui aplikasi Zoom dengan tema “Bagaimana akses layanan Hepatitis dan koinfeksi di Indonesia”.

Peserta diskusi adalah wakil wakil komunitas yang terkait layanan kesehatan masyarakat di Indonesia, diantaranya adalah :

  1. Claudius. N. Mone Iye (Peduli Hati Bangsa)
  2. Caroline Thomas (Peduli Hati Bangsa)
  3. Jamal (Pontianak Plus-Kalimantan Barat)
  4. Bonny Sofianto (Persaudaraan Korban Napza Bogor)
  5. Radhitya Kusuma (Jakarta)
  6. Rosma (Aksi Keadilan-Bogor)
  7. Deni (Jakarta)
  8. Putri Tanjung (Bekasi)
  9. Joni Wuisan (Komisi Penanggulangan AIDS Sulawesi Utara, Batamang Plus dan Persaudaraan Korban Napza Bogor Sulut)
  10. Ewin (Medan Plus)
  11. Rian (AKSI NTB)
  12. Riezal (Aceh)
  13. Toar Kumontoy (Persaudaraan Korban Napza Bogor Sulut)

Adapun gambaran umum yang dibahas, meliputi :

  • Rata-rata tes HIV tersedia di semua Puskesmas secara gratis. Namun tidah semua Puskesmas yang memiliki layanan tes HIV sudah memiliki layanan pengobatan ARV.
  • NTB: Dinkes NTB sudah mulai melakukan inisiasi tes one stop service untuk HIV, Hepatitis B (HBsAG) dan HCV namun masih terkendala PPKM
  • Manado: Tidak semua PKM memiliki layanan Hepatitis C dan B. Hanya 5 PKM (Tikala Baru, Bahu, Teling Atas, Sario, Tuminting) yang menyediakan layanan tes terkait Hepatitis.
  • Rekan-rekan dari Medan Plus dan Galatea yang juga melakukan pendampingan dan penjangkauan HIV di wilayah Aceh yang baru mengembangkan program Hepatitis, turut menyarankan untuk teman-teman populasi kunci agar dapat tes terkait Hepatitis ketika melakukan tes HIV.
  • Tidak semua layanan terkait Hepatitis C buka setiap hari. Jadi harus telpon dulu untuk memastikan jadwal dokter untuk bisa melakukan janji temu.
  • Tidak semua RS rujukan Hepatitis memiliki layanan tes viral load HCV, di Medan misalnya, dari 3 RS Rujukan (Bhayangkara, Adam Malik, Pringadi), hanya RS Adam Malik yang memiliki mesin untuk tes viral load HCV.
  • Beberapa layanan terkait HCV sudah ramah terhadap pasien termasuk dokter yang menyediakan nomor hp untuk dihubungi teman-teman komunitas (misalnya Aceh, Kalbar, Jakarta), dan untuk yang keberatan dengan biaya dokter (khusus untuk wilayah Jakarta Selatan), bisa mendiskusikan kembali dengan dokter sehingga diberikan keringanan biaya.

Dalam akses layanan Hepatitis dan koinfeksi di Indonesia, ternyata memiliki banyak kendala, beberapa di antara nya adalah masalah harga dan ketersediaan obat. Lebih lanjut mengenai kendala yang dibahas:

  • RSUD Provinsi NTB: Mesin VL rusak dan jumlah pasien yang akses masih sedikit
    • RSUD Provinsi NTB: BPJS dari Faskes I ke RSUD Provinsi: kode tidak muncul untuk pengobatan Hep C sehingga teman-teman yang membutuhkan rujukan pengobatan Hepatitis C dari Faskes I ke Faskes tingkat selanjutnya dirujuk ke Poli VCT (HIV) 
    • Manado: Rata-rata teman penasun tidak ada BPJS
  • Manado: Bagi teman-teman pengguna napza tidak bisa menggunakan terapi substitusi opioid khususnya Methadone karena tidak tersedia. Untuk teman-teman pengguna napza akhirnya menggunakan Buprenorphone. Tergantung dari pengguna Buprenorphine, ada yang menggunakan sampai dengan 8mg per minggu. Harga Buprenorphone untuk 8mg adalah Rp. 800,000. Teman-teman pengguna napza juga ada yang menggunakan Alprazolam dan tergantung dari pengguna, ada yang menggunakan 4 strip per minggu dengan harga Rp. 400,000. Dengan biaya dokter Rp. 150,000 per minggu (RS Bhayangkara), total pengeluaran per minggu adalah sekitar RP. 1,350,000 per minggu atau Rp. 5,400,000 per bulan sehingga menyulitkan untuk teman-teman mengakses layanan lain (termasuk layanan Hep C) selain dari layanan napza.
  • RSUD Bogor: layanan gratis namun sekarang sedang menjadi pusat rujukan Covid
  • Kalbar: Mesin PCR HCV sedang digunakan untuk PCR Covid
  • Medan: Penjangkauan dan pendampingan HIV disarankan untuk tes HCV, namun terkendala jika teman-teman komunitas tidak memiliki BPJS terutama tema pengguna napza dan transgender. Selain itu, beberapa juga tidak memiliki KTP.
    • Medan: 30 teman yang tes dan pengobatan, ada beberapa orang yang tidak selesai, 2 bulan dan 1 bulan obat sudah stock out. Teman-teman takut untuk memulai kembali (takut stock out dan tidak ada biaya untuk melakukan VL HCV sebelum pengobatan kembali).
  • RSUD Provinsi NTB: Pada Juli 2021: Dinkes NTB menginisiasi layanan mobile untuk tes HIV, HBsAG dan Anti HCV. Tantangannya adalah PPKM mulai Juli 2021.

Sebagai referensi lanjut, berikut adalah daftar harga layanan, terkait Hepatitis yang dikumpulkan melalui komunitas yang ada

Harga pendaftaran non BPJS untuk layanan terkait Hepatitis:

  • RS Pengayoman (Jakarta): Rp. 8,000 (syarat fotokopi KTP di awal)
  • RSUD Provinsi NTB: pendaftaran pasien baru Rp. 45,000. Pasien lama Rp. 30,000. Untuk ke dokter harus janji temu karena tidak setiap hari ada layanan Hepatitis C.
  • RS Kandou Manado: Rp. 180,000 per bulan (Poli Gastro)
  • RS Soedarso Pontianak: Biaya registrasi Rp. 50,000 (Poli Penyakit Dalam)
  • Medan: Administrasi: Rp. 70,000
  • Fatmawati: Rp. 300,000 (pendaftaran dokter, jika kesulitan dengan pendanaan dan tidak memiliki BPJS bisa mendiskusikan dengan dokter)

Harga tes penunjang terapi Hepatitis C (non BPJS):

  • RS Pengayoman: Harga APRI/USG/FibroScan (jika ada IO): Rp. 8,000 (harga untuk FIbroScan sedang didiskusikan kembali)
  • RSUD Provinsi NTB: VL: 1,3 juta (lab swasta). Pemeriksaan lab tambahan out of pocket (pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, dll)-Rp, 550,000
  • RS Kandou Manado: RNA HCV: Rp. 680,000 (Klinik Gastro)
  • Labkesda Manado: LFT (Labkesda): SGOT, SGPT, Gamma Rp. 65,000 (Kandou) Rp.120,000
  • RSUD Bogor: Pendaftaran, konsul, tes lab: Rp. 200,000
  • RSUD Soedarso: Tes anti HCV, VL HCV, fungsi hati, darah lengkap: Rp. 1,800,000
  • Medan: VL: Rp. 1,800,000 (harga antara RS Pemerintah dan swasta sama)