Kategori
All-id Hepatitis-id HepC-id

Kaitan Hepatitis C dan Diabetes

Oleh: Tim Peduli Hati Bangsa (Mei 2024)

Virus hepatitis C (HCV) menyebar melalui kontak dengan darah. Hal ini dapat menyebabkan infeksi akut atau kronis. Jika HCV menjadi kronis, infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan hati dan berkembangnya kondisi lain, termasuk diabetes.


Sejumlah penelitian menunjukkan korelasi antara HCV dan diabetes. Hingga 33% penderita HCV kronis juga menderita diabetes.

Pada artikel ini, kita akan melihat hubungan antara hepatitis C dan diabetes, termasuk hubungan antara kedua kondisi tersebut, pengobatannya, dan penanganannya.

Bisakah HCV menyebabkan diabetes?

Menurut sebuah penelitian tahun 2017, orang dengan HCV kronis memiliki kemungkinan lebih besar terkena diabetes tipe 2 dan resistensi insulin dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap virus tersebut. Mereka juga lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan orang dengan hepatitis B, virus lain yang mempengaruhi hati.

Untuk memahami bagaimana HCV dapat berkontribusi terhadap diabetes, penting untuk memahami bagaimana penyakit ini berkembang.

Saat seseorang mengonsumsi karbohidrat, tubuh akan mengubahnya menjadi glukosa. Glukosa tersebut memasuki aliran darah. Peningkatan jumlah glukosa dalam aliran darah kemudian memicu pelepasan insulin dari pankreas. Insulin ini kemudian membantu sel menyerap glukosa dan menggunakannya sebagai energi.


Jika terdapat lebih banyak glukosa dalam darah daripada yang dibutuhkan tubuh saat ini, glukosa tersebut akan disimpan untuk digunakan nanti oleh hati. Namun, jika hati tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena infeksi HCV, maka hati tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik seperti biasanya. Hal inimenyebabkan kadar glukosa darah tinggi.


Ada beberapa cara HCV dapat merusak fungsi hati sehingga berkontribusi terhadap diabetes, menurut sebuah tinjauan yang dilakukan pada tahun 2015 HCV dapat menyebabkan :

  • peradangan kronis
  • steatosis (penumpukan lemak di hati)
  • jaringan parut pada hati (sirosis), yang menurunkan fungsi hati
  • karsinoma hepatoseluler, sejenis kanker hati

Kondisi ini mengganggu kemampuan hati untuk membuang kelebihan glukosa dari darah. Hal ini juga dapat mengganggu pelepasan insulin, yang selanjutnya meningkatkan kadar glukosa darah. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2.

Bisakah diabetes menyebabkan hepatitis?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat prevalensi HCV yang lebih tinggi di antara penderita diabetes. Namun, tidak jelas mengapa hal ini terjadi.

Sebuah studi tahun 2019 dari Brazil menemukan bahwa orang yang hidup dengan diabetes selama lebih dari 5 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena HCV. Tinjauan tahun 2015 mencatat bahwa penelitian sebelumnya di Amerika Serikat, Taiwan, dan Italia juga menemukan bahwa HCV lebih umum terjadi pada penderita diabetes tipe 2.

Alasannya masih belum jelas, namun hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya paparan terhadap penggunaan jarum suntik selama situasi darurat. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami kaitannya.

Bisakah hepatitis C memperburuk diabetes yang sudah ada?

Orang dengan diabetes harus menjaga keseimbangan insulin dan kadar gula darah untuk mengelola kondisinya. Hal ini dikenal sebagai menjaga kendali glikemik. Biasanya, orang mencapai kendali glikemik dengan memantau kadar insulin dan gula darah secara cermat, dan dengan menerima suntikan insulin.

Penelitian tahun 2017 menyatakan bahwa infeksi HCV dapat menurunkan kontrol glikemik sehingga dapat memperburuk diabetes. Namun, para peneliti menemukan bahwa orang dengan HCV dan diabetes yang menerima pengobatan antivirus berhasil mengalami perbaikan secara signifikan, dan sebagai hasilnya, mereka memerlukan lebih sedikit insulin.

Mengobati diabetes dan hepatitis C

Meskipun diabetes tidak dapat disembuhkan, HCV dapat diobati. Dokter biasanya meresepkan obat antivirus (Direct Acting Antiviral/DAA) untuk HCV, yang berhasil menghilangkan virus di lebih dari 90% kasus dengan sedikit efek samping. Sebagian besar program pengobatan berlangsung 8-12 minggu.

Pengujian dan pengobatan HCV secara dini sangatlah penting, terutama bagi mereka yang menderita atau berisiko terkena diabetes. Namun, pengobatan DAA dapat menyebabkan perubahan insulin atau kadar gula darah saat virus hilang, sehingga dapat menimbulkan gejala yang tidak terduga.

Oleh karena itu, penderita HCV dan diabetes harus memantau kadar gula darahnya dengan cermat selama pengobatan HCV, dan segera memberi tahu dokter jika mengalami gejala kadar gula darah terlalu tinggi atau rendah. Jika pengobatan DAA memperbaiki diabetesnya, maka dokter mungkin perlu menyesuaikan jumlah insulin yang dikonsumsi.

Baik seseorang sedang menjalani pengobatan HCV atau tidak, penanganan diabetes bisa menjadi lebih rumit jika seseorang mengidap virus tersebut, karena dampak diabetes terhadap hati.

Komplikasi jangka panjang

Orang dengan HCV kronis dan diabetes memiliki peningkatan risiko terkena komplikasi jangka panjang, termasuk sirosis.

Sirosis terjadi ketika hati yang bekerja terlalu keras berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Ketika mencoba memperbaiki kerusakan apa pun, hati membentuk jaringan parut. Jaringan parut dapat menurunkan fungsi hati dan dapat menyebabkan gagal hati. Jika hal ini terjadi, satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan adalah transplantasi hati.

Komplikasi lain dari sirosis meliputi:

  • tekanan darah tinggi
  • pembengkakan/edema
  • malnutrisi
  • peningkatan risiko infeksi
  • penumpukan racun
  • penyakit kuning
  • penyakit tulang
  • kanker hati
  • tekanan darah tinggi
Mengelola diabetes dengan HCV

Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan oleh orang dengan diabetes dan HCV untuk mengelola kondisi mereka dan mengurangi risiko komplikasi. Beberapa perubahan ini juga dapat membantu mengurangi kemungkinan terkena diabetes.

Langkah-langkah yang dapat dicoba meliputi:

  • Menghindari alkohol, karena dapat merusak hati
  • Mengonsumsi makanan seimbang yang rendah gula, lemak, dan garam
  • Mempertahankan berat badan yang baik
  • Berhenti merokok
  • Berolahraga secara teratur minimal 30 menit per hari hampir setiap hari
  • Mendapatkan vaksinasi hepatitis C dan B
  • Melakukan tes HIV, karena memiliki koinfeksi HCV dan HIV meningkatkan kemungkinan terjadinya sirosis

Karena HCV menyebar melalui kontak dengan darah, penting bagi penderita diabetes untuk membuang benda tajam, seperti jarum suntik, ke dalam wadah benda tajam yang aman. Jangan pernah berbagi jarum suntik atau alat monitor glukosa darah dengan orang lain.

Kapan harus menghubungi dokter

Siapa pun yang menderita HCV dan diabetes harus menghubungi dokter untuk menerima pengobatan antivirus. Jika seseorang dengan HCV khawatir dirinya menderita diabetes, mereka juga harus berkonsultasi dengan dokter sesegera mungkin.

Gejala diabetes dapat meliputi:

  • Kelelahan
  • Peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil
  • Rasa lapar yang berlebihan
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
  • Penglihatan kabur
  • Mudah tersinggung/mengalami perubahan suasana hati
  • Sering mengalami infeksi kulit
  • Luka yang penyembuhannya lambat

Jika seseorang dengan diabetes dan HCV mengalami gejala-gejala berikut, segera konsultasikan kepada dokter:

  • Pendarahan yang tidak biasa
  • Kulit kuning (jaundice)
  • Kebingungan
  • Rasa kantuk yang berlebihan
  • Bengkak di perut atau kaki
  • Nafas berbau buah
  • Sulit bernafas
Ringkasan

Infeksi HCV kronis dapat meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes. Hal ini disebabkan oleh dampak virus terhadap hati, yang berperan dalam penyimpanan dan pengolahan glukosa. Jika hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah tinggi dan resistensi insulin.

Karena adanya korelasi antara HCV dan diabetes, dokter harus secara teratur melakukan tes diabetes pada penderita HCV. Cara terbaik untuk mengurangi risiko diabetes terkait HCV, dan mencegah virus memperburuk diabetes yang sudah ada, adalah dengan mengobati infeksinya sesegera mungkin. Pengobatan yang berhasil dapat menghasilkan peningkatan kendali glikemik.

Tinggalkan Balasan