Studi dilakukan pada Oktober 2020 di Jakarta dengan 15 responden dari Jakarta dan Bekasi. Studi ini melibatkan pendekatan partisipatif untuk mencoba memahami dampak Covid-19 pada sembilan indikator spesifik, yaitu:
- Tes HIV;
- Pengobatan;
- Layanan terkait HIV (pengurangan dampak buruk napza, kesehatan ibu dan anak, IMS, dll);
- Pekerjaan dan pendapatan;
- Ketahanan pangan;
- Tempat tinggal yang aman;
- Kekerasan, stigma, diskriminasi;
- Kesehatan mental; dan
- Kepercayaan public tentang akuntabilitas pemerintah.
Studi tersebut menggunakan instrument untuk mengumpulkan:
(a) Peringkat yang dirasakan peserta pada setiap indicator sebelum dan selama pandemi Covid-19;
b) Tanggapan naratif terbuka pada setiap indikator sebelum dan selama pandemic Covid-19; dan
(c) tanggapan naratif terbuka tentang layanan yang perlu dipertahankan dan layanan yang perlu diperbaiki. Analisis data kualitatif menggunakan koding tematik, sedangkan peringkat di analisis menggunakan statistik deskriptif.
HASIL
TERBATAS ATAU TIDAK TERSEDIANYA TES HIV DAN EDUKASI PASIEN
Peserta mengemukakan jam layanan, jumlah pasien per hari, atau durasi layanan menjadi terbatas selama pandemi. Selain itu, pemberian informasi (misalnya, untuk ibu hamil) dan konseling yang biasanya berjalan secara rutin juga terbatas. Peserta merasa bahwa Pemerintah lebih memprioritaskan Covid-19 dibandingkan dengan penyakit lain.
JAM LAYANAN YANG TERBATAS
Tidak dapat disangkal bahwa sebagian besar jam layanan terkait HIV harus dipersingkat karena pandemi. Namun, bagi orang tua tunggal yang harus membantu anaknya di pagi hari, mengakses layanan terkait HIV akan tetap menjadi tantangan. Layanan metadon, misalnya, terbatas pada pukul 8-10 pagi, sehingga tidak memungkinkan orang tua tunggal yang tidak memiliki siapa pun untuk diandalkan untuk mengakses layanan.
COVID-19 DAN PEKERJA INFORMAL
Semua peserta dalam studi ini adalah pekerja informal sebelum pandemi Covid-19 sehingga tidak memiliki perlindungan yang biasanya ditawarkan oleh pemberi kerja sektor formal. Sejak Maret 2020, Jakarta dan sekitarnya telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga mempersulit peserta untuk mendapatkan penghasilan yang stabil. Beberapa peserta mengaku tidak memiliki penghasilan sama sekali untuk menghidupi keluarganya selama beberapa bulan.
PANDEMI COVID-19 YANG MENYEBABKAN KERAWANAN PANGAN DAN KERENTANAN KESEHATAN
Beberapa peserta tidak dapat memenuhi makan 3 kali sehari, dan makanan yang dipasok oleh pemerintah termasuk mie instan dan sarden dalam aleng. Keluarga mereka harus hidup dengan pilihan makanan tidak sehat. Dalam jangka panjang, risiko memiliki lebih banyak gangguan sistem kekebalan dan defisiensi mikronutrien nyata bagi peserta studi ini.
PANDEMI COVID-19, ISU KEAMANAN DAN TEMPAT TINGGAL YANG AMAN
Peserta melaporkan tingkat kejahatan yang lebih tinggi di tempat tinggal mereka karena insiden pencurian lebih sering terjadi. Beberapa peserta tidak mampu membayar sewa dan listrik sehingga terpaksa harus tinggal bersama teman atau kerabat.
COVID-19 DAN KESEHATAN JIWA
Terlepas dari kekhawatiran finansial, beberapa peserta mengalami kehilangan orang yang dicintai: anak, suami, dan orang tua. Kebosanan, stres, kebingungan, kecemasan, dan ketidaknyamanan meninggalkan rumah karena takut tertular Covid-10 adalah beberapa pengalaman yang dilaporkan.
Selain itu, salah satu peserta merasa gelisah dan gelisah serta ingin kembali ke kampung halamannya. Namun, karena status HIV yang dirahasiakan, dia merasa tidak nyaman untuk kembali ke rumah.
PERSEPSI TERHADAP AKUNTABILITAS PEMERINTAH SELAMA PANDEMI
Isu kepercayaan komunitas pada Pemerintah terutama terkait sistem distribusi bantuan pangan. Selama pandemi, distribusi yang tidak tepat sasaran menjadi salah satu masalah paling umum dialami peserta. Akibatnya, keluarga harus berbagi bantuan pangan dengan keluarga lain di
lingkungan tersebut (misalnya, satu paket untuk dua keluarga). Peserta juga mengungkit masalah program bantuan dan layanan terkait Covid-19 yang rawan korupsi.
REKOMENDASI
Para partisipan dalam studi ini berharap agar pemerintah meningkatkan program perawatan kesehatan dan bantuan bagi mereka yang rentan terdampak Covid-19. Penyaluran bantuan yang merata dan tepat sasaran, serta penyediaan akses pekerjaan adalah hal yang paling banyak direkomendasikan oleh peserta sebagai hal yang perlu untuk ditingkatkan.